Jumat, 19 September 2008

Sang Juara

Oleh : Yulil Amri

Suatu ketika, ada seorang anak yang sedang mengikuti sebuah lomba mobil balap mainan. Suasana sungguh meriah siang itu sebab ini adalah babak final. Hanya tersisa 4 orang sekarang dan mereka memamerkan setiap mobil mainan yang dimiliki. Semuanya buatan sendiri, sebab, memang begitulah peraturannya.

Ada seorang anak bernama Unyil. Mobilnya tak istimewa, namun ia termasuk dalam 4 anak yang masuk final. Dibanding semua lawannya, mobil Unyil lah yang paling tak sempurna. Beberapa anak menyangsikan kekuatan mobil itu untuk berpacu melawan mobil lainnya.

Yah, memang mobil itu tak begitu menarik. Dengan kayu yang sederhana dan sedikit lampu kedip diatasnya, tentu tak sebanding dengan hiasan mewah yang dimiliki mobil mainan lainnya . Namun, Unyil bangga dengan itu semua. Sebab, mobil itu buatan tangannya sendiri.

Tibalah saat yang dinantikan. Final kejuaraan mobil balap mainan. Setiap anak mulai bersiap di garis start, untuk mendorong mobil mereka kencang-kencang. Di setiap jalur lintasan, telah siap 4 mobil, dengan 4 "pembalap" kecilnya. Lintasan itu berbentuk lingkaran dengan 4jalur terpisah diantaranya.

Namun, sesaat kemudian. Unyil meminta waktu sebentar sebelum lomba dimulai. la tampak berkomat-kamit seperti sedang berdoa. Matanya terpejam dengan tangan yang bertangkup memanjatkan doa. Lalu, semenit kemudian. la berkata, "Ya, aku siap!".
Dor. Tanda telah dimulai. Dengan satu hentakan kuat, mereka mulai mendorong mobilnya kuat-kuat. Semua mobil itu pun meluncur dengan cepat. Setiap orang bersorak-sorai bersemangat, menjagokan mobilnya masing-masing "Ayo ayo . . cepat . . cepat. .
maju. . maju". begitu teriak mereka. Daaann . . . sang pemenang harus ditentukan, tali lintasan finish pun telah terlambai. Dan, Unyil lah pemenangnya. Ya, semuanya senang riang, begitu juga Unyil. la berucap dan berkomat-kamit lagi dalam hati. "Terima kasih."
Saat pembagian piala tiba. Unyil maju ke depan dengan bangga. Sebelum piala itu diserahkan, ketua panitia bertanya. "Hai jagoan, kamu pasti tadi berdoa kepada Tuhan agar kamu menang, bukan?". Unyil terdiam. "Bukan Pak, bukan itu yang aku panjatkan" kata Unyil.

la lalu melanjutkan, "Sepertinya, tak adil untuk meminta pada Tuhan untuk menolong kita mengalahkan orang lain. "Aku, hanya bermohon pada Tuhan, supaya aku tak menangis, jika aku kalah." Semua hadirin terdiam mendengar itu. Setelah beberapa saat, terdengarlah gemuruh tepuk-tangan yang memenuhi ruangan.
***
Sumber :
Mailis Money_Magnet@yahoogroups.com
Sabtu, 20 September 2008

Tidak ada komentar: