Sabtu, 20 September 2008

NUZULUL QURAN ALA FAMILIY LAUNDRY

Oleh: Udo Yamin Majdi

Di atas meja ruang tamu, HP berbunyi. Isteriku yang berada di kamar anakku, melangkahkan kaki keluar. Sedangkan aku di kamar sebelah —kamar tidur kami. Dari atas ranjang, aku mendengar isteriku menjelaskan alamat rumah kami. Di ujung percakapan, isteriku berkata, "Boleh enggak kalo 17 potong baju diganti dengan sepotong selimut!"

Mendengar percakapan itu, aku langsung ingat obrolan kami kemaren, ketika aku pulang dari audiensi dengan Dubes di Garden City dan isteriku baru selesai ifthar jama'i bersama para isteri yang tinggal di Qatameya. Isteriku menceritakan bahwa ada offline dari YM (Yahoo Messenger) Family Laundry memberikan kesempatan mencuci gratis 17 potong pakaian bagi 17 orang, dengan merespon offline dan mengisi data ini: "Family 17, Nama, nomor imarah (apartemen), nomor saqah (flat), district, dan nomor hp." Isteriku segera menulis data dan mengirimkannya ke ID Family Laundry.

"Buya", kata isteriku, "gimana nih, baju kotor udah pada bunda rendam, sebab bunda kira offline itu canda!"

"Ya udah, cari aja yang lain, kasihan tuh orang udah mau datang dari jauh, siapa sih orangnya?"

"Enggak tahu, pas chatting, bunda tanya, eee... jawabannya "Family Laundry hanya di HP Anda"!

Aku dan isteri sibuk mencari baju kotor yang akan kami berikan kepada orang misterius itu. Aku bertanya-tanya dalam hati, siapakah gerangan, apakah aku mengenalnya atau tidak? Beberapa menit kemudian HP berbunyi kembali. Aku angkat. Di ujung sana, terdengar suara yang sedikit aku kenal, namun aku agak lupa. Dia katakan bahwa dia sudah di depan masjid An-Nur Mahattoh Giza, Qatameya. Aku memberikan rambu-rambu menuju ke rumahku.

Tiga menit kemudian, sebuah mobil sedan berwarna biru dongker melaju dengan perlahan dekat rumahku. Dari balkon rumah di lantai empat, aku melambaikan tangan. Karena mataku minus, maka aku tidak tahu siapa yang menyetir mobil itu.

"Buya aja deh yang turun!" pintaku sembari mengambil kantong plastik berisi 17 pakaian kotor dari tangan kanan isteriku. Aku benar-benar penasaran, siapakah orang itu. Dengan tergesa-gesa aku menuruni tangga imarah. Ketika di bawah, orang itu keluar dari mobil. Tapi, wajahnya membelakangiku.. Setelah aku dekati, dia menengok dan ternyata orang itu bukan orang asing bagiku.

"Ternyata.... antum ya akhi!" teriakku setelah mengucapkan salam. Kami pun berjabat tangan erat, seperti seorang anak dan orang tua yang berpisah puluhan tahun. Dia pun tak kalah kagetnya, "Lho, kok ustdaz tinggal di sini, bukan di Nasr City?"

"Enggak, bulan kemaren saya pindah ke sini!" jawabku.

Aku mengenal dia ketika dia sering tampil dalam acara-acara massif di kalangan mahasiswa Indonesia Mesir —sering mengisi acara operet dan pembawa acara— dan ketika dia mendirikan jasa pengiriman uang. Lebih kenal lagi, saat aku mengundangnya untuk mengisi acara Leadership Intermedite Training (LIT) di Perwakilan Pelajar Islam Indonesia (Pwk PII) Mesir. Dia memberikan materi tentang enterpreneurship, wirausaha. Aku mengusulkan kepada tim instruktur LIT mengundangnya, karena aku salut dengan kepribadian dan cara bisnisnya, terutama sifat dermawannya.

Dia orang Madura asli. Alumni Pondok Pesantren Modern Gontor. Dia ke Mesir, tahun 2003, angkatan Mardloti. Dia kuliah di Universitas Al-Azhar Cairo. Dia menikahi seorang mahasiswi peserta Leadership Basic Training (LBT) di Pwk PII Mesir. Karena aku menjadi istruktur acara itu, maka aku kenal juga dengan isterinya.

Lantas, apa yang aku kagumi dari dia?

Tahun kedua kedatanganya di Mesir, dia mendirikan jasa pengiriman uang. Ternyata, keuntungan bisnis ini, bukan untuk diri sendiri, melainkan untuk membantu orang lain. Dia menjadi orang tua asuh beberapa mahasiswa Indonesia yang membutuhkan santunan. Dia juga sering menjadi donatur atau sponsor berbagai acara Masisir.

Ketika kami bertemu pada acara LIT itu, dia menceritakan bahwa dia telah memiliki beberapa cabang pengiriman uang di Indonesia. Kalau tidak salah ada tiga cabang. Lagi-lagi aku terharu, sebab keuntungannya, dia salurkan untuk menggaji guru dan membiayai sebuah lembaga pendidikan di kampung halamannya. Namun, walaupun demikian, keuntungan bersih yang dia terima, masih tetap besar. Ketika itu, dia bilang antara 2 hingga 3 juta rupiah perbulan. Bagi mahasiswa di Mesir, uang sebesar itu lebih dari cukup untuk biaya hidup sehari-hari.

Dan hari ini, dia datang sebagai malaikat yang jauh dari daerah Bawwabah di Nasr City Cairo dan datang ke Qotameya, sekitar 20 Km dari rumahnya, hanya untuk mengambil cucian kami. Aku memberikan cucian itu dan berkata, "Afwan ya, jadi merepotkan antum!"

"Ah enggak ustadz. Inilah cara saya memperingati nuzulul quran. Saya ingin di hari 17 ramadlan saya mencucikan 17 pakaian dari 17 orang. Saya enggak bisa seperti orang lain memperingati nuzulul quran dengan cara ceramah, berdzikir, dan sejenisnya, saya hanya bisa melakukan ini, bantu nyuci-in baju orang. Mudah-mudahan ini termasuk amal ibadah dan diterima oleh Allah Swt.!"

"Amin... Sama dong, saya juga tidak bisa memperingati nuzulul quran dengan cara seperti orang lain. Yang bisa saya lakukan, hanya menggelar acara Talk Show Menerjemah. Saya juga tidak bisa membalas kebaikan antum, selain menulis, makanya saya selama ini mengisi acara menulis karena inilah jihad saya, sebab saya tidak bisa memberikan apa-apa kepada orang lain, selain tulisan dan mengajari orang lain menulis!"

Kami pun mengobrolkan tentang Sekolah Menulis SMART dan acara Talk Show Menerjemah bersama Dubes dan tokoh Masisir besok di Pasangrahan di KPMJB. Dia meminta, kalau ada buku, modul atau makalah hasil acara ini, dia ingin memiliki. Aku pun mengatakan, insya Allah, pihak penitia akan merekam acara besok dan memvideokannya. Dan rekaman itu akan panitia buat transkrip dan CDnya, supaya orang yang tidak hadir dan butuh bisa menonton sekaligus membaca pembicaraan para pemateri.

Dia pamit. Aku melepas kepergiannya dengan do'a. Aku yakin, ada 16 orang lagi, mungkin sedang mendo'akannya. Aku berazam ingin mengikuti langkahnya yang selalu membantu orang lain dan memberikan kebaikan.

Sambil menaiki tangga, aku merenungi diskusiku bersama isteriku 15 menit sebelum temanku pemilik family laundry itu datang. Kami mendiskusikan tentang buku The Secret. Obrolan kami ini bermula tatkala kami membaca MP (multiply) seorang teman yang meceritakan buku karya Rhonda Byrne.

Aku sudah membaca buku The Secret dan menonton filmnya. Sebenarnya, tidak ada hal yang baru bagi. Malahan menurutku, meskipun ada beberapa hal --misalnya tentang husnudzon (berpikir postif), bersyukur, berserah diri (taslim), berdo'a-- yang aku setujui, sebab itu memang ajaran Islam, namun dari segi inti buku itu tentang teori law of atraction (LOA) dan "alam semesta" --secara halus penulis buku itu ingin meneguhkan tentang ajaran ateis, bahwa tuhan itu tidak ada, yang ada adalah alam semesta-- aku tolak sebab menyesatkan. Ditambah, buku itu hanya mengajari orang menjadi "pengkhayal", bukan pemimpi atau visi.

Betapa tidak, LOA tidak dapat menjelaskan hukum itu dalam segala bidang. Menurutku, bukan LOA, melainkan LTG (law of take and give) ini yang betul. Hukum memberi dan menerima ini, sebagaimana dari kata "rahmat". Dalam bukuku "Quranic Quotient: Menggali & Melejitkan Potensi Melalui Al-Quran", aku menuliskan bahwa inti dari hidup ini adalah basmalah --bismillâhirrahmânirrahîm.. Di sini dengan jelas bahwa inti hidup adalah Allah dan prinsip yang berlaku adalah sifat Allah, ar-rahman dan ar-rahim, yang berasal dari kata "rahmat", yang berarti "memberi".

"Bisakah teori LOA menjelaskan hubungan buya dengan gelas ini bahwa kami saling mempengaruhi?" aku bertanya kepada isteriku saat membantah buku The Secret. LOA ternyata tidak bisa dipakai, bahwa aku dan gelas bisa terjadi "tarik-menarik". Beda bila menggunakan hukum memberi-menerima, bisa aku fahami. Bila aku mencuci gelas (aku memberikan kebaikan kepada gelas), maka aku bisa memakainya (gelas memberikan kebaikan kepadaku). Begitu juga dengan alam semesta, apapun yang kita berikan kepada alam semesta, maka Allah swt akan meminta malaikat untuk menggerakan alam semesta untuk berbuat sesuai dengan perintah Allah. Dan Allah telah mengatakan dalam Al-Quran, siapa yang berbuat baik, akan Dia balas dengan kebaikan pula. Sebaliknya, siapa yang memberikan kejelekan, maka akan kembali kepada orang yang berbuat.

Adapun kelemahan buku The Secret lain, tidak menunjukan cara (how to) untuk meraih keinginan. Sehingga mengajak orang berkhayal, bukan bermimpi, sebab tanpa penekanan untuk melakukan sesuatu. Dan ini bertentangan dengan apa yang aku fahami selama ini, terutama ajaran Al-Quran. Aku sepakat dengan pendapat Muhammad Iqbal dalam bukunya The Recontruction of Religious in Islam bahwa Al-Quran adalah kitab yang lebih mengutamakan "amal" ketimbang "gagasan".

Ketika menjelaskan konsep hukum memberi-menerima dan kelemahan buku The Secret itu, aku meminta isteri untuk memberikan beberapa potong Tahu kepada tetangga kami. Aku sadar, memasuki sepuluh hari kedua bulan suci Ramadlan seharusnya aku banyak memberi, sebab ini fase "rahmat" —setelah fase barokah dan sebelum memasuki fase maghfirah dalam bulan suci Ramadlan. Betapa ingin aku memberikan sesuatu untuk orang lain, namun aku tidak memiliki apa-apa, selain Tahu yang aku buat dua hari yang lalu. Sebab, di kulkas dan di dapur kami, hanya cukup persediaan beberapa hari saja. Meskipun aku bingung uang sewa rumah bulan ini dari mana, tapi itu tidak menyurutkan niatku untuk "memberikan" sesuatu kepada orang lain.

Di akhir diskusi itu, aku berkata, "Bunda, kalau buya udah selesai menulis sembilan buku modul untuk sekolah menulis SMART, buya akan nulis buku meng-counter pemikiran yang menyesatkan dalam buku The Secret itu ah!"

Bayangan obrolan ringan dengan isteriku hilang, ketika aku sampai di lantai empat. Aku masuk rumah. Aku menceritakan kepada isteriku tentang pemilik Family Laundry. Isteriku tertawa, sebab isteriku juga kenal dengan orang itu dan isterinya. Kami pun mengobrolkan kebaikan teman kami itu.

Sepuluh menit kemudian, isteri dan putraku ke rumah tetangga memberikan potongan Tahu agar mereka masak untuk ifthar, sedangkan aku ditemani putriku menulis catatan hari ini. Aku tidak bisa membalas kebaikan temanku itu selain lewat tulisan ini. Sebab, aku berharap, orang yang membaca tulisan ini, ikut mendo'kan "rojulun subhanallah" itu!

* * *



Siapakah orang itu? Sebenarnya, aku ingin menyebut nama orang itu, namun aku belum minta izin. Aku khawatir dia tidak setuju, sebab aku tahu dia orang yang tidak mau namanya disebut-sebut manusia, tapi ingin disebut-sebut oleh Allah swt.. Yang jelas jika Anda ingin tahu; ingin mengirim uang lewat dia; ingin mencuci pakaian, selimut, dan karpet, tinggal Anda telpon nomor HP ini: 0102608222 atau Anda kirim e-mail dan add ID ini: laundry_family@yahoo.com



* * *

Kejadian di atas, semakin menguatkan tentang hukum memberi-menerima. Dia telah memberikan jasa dengan mencucikan baju kami, maka dia menerima kebaikan dariku dengan menulis sekaligus mengiklankan bisnisnya. Atau, kami telah menerima kebaikannya —baju jadi bersih, maka aku memberikan kebaikan —dengan tulisan— kepadanya. Jadi, bukan tarik-menarik antara aku dengan baju, atau antara aku dengan temanku! Melainkan ada yang menggerakan kami, Allah menggerakan hati kami berbuat baik. Jangan tertipu dengan law of atraction (LOA)!!
* * *

Sumber :
Mailis Info-PMIK@yahoogroups.com
Ahad, 21 September 2008

Tidak ada komentar: