Rabu, 19 November 2008

Obama Bukan Presiden Indonesia !

Iwan Kamah - Jakarta

Beberapa jam setelah Senator Obama menang dalam pemilu, Presiden
Bambang Yudhoyono memberi ucapan selamat sambil sedikit bernada
"memohon", dengan mengingatkan masa kecil Obama di Indonesia. Siapa
tahu Obama agak berbaik dan punya kebijakan khusus untuk Indonesia .
Memang Presiden SBY punya kesempatan bertemu Presiden Barack Obama
hingga 20 Oktober 2009. Bisa menjadi tamu atau menjamu saat Obama
'welcome home" ke Indonesia .

Nada SBY itu menjadi cerminan publik Indonesia yang begitu antusias
merayakan kemenangan Obama, sehingga terkesan berlebihan. Bahkan,
kawan saya bilang, "orang Indonesia seperti orang Amerika yang tak
punya hak pilih".Hanya karena Obama pernah tinggal di Jakarta dan
berayah tiri pria Jawa, kita merasa Obama milik Indonesia . Yang kita
harus ketahui, Obama dipilih oleh rakyat Amerika. Dia harus membayar
harga itu mati-matian dengan menjalankan kebijakan yang menguntungkan
Amerika. Tidak peduli dengan negara lain. Apakah itu Kenya atau
Indonesia , ya kalau tak menguntungkan Amerika, buat apa dibela atau
diurusin.



"Hitler's birthplace syndrome"

Wajar kalau orang Indonesia semarak dengan kemenangan Obama. Belum
pernah dalam sejarah kita ada presiden negara asing yang punya kaitan
emosional dengan Indonesia seperti kasus Obama. Apalagi Obama akan
menjadi presiden dari negeri terkuat di dunia. Di Suriname, sebuah
negeri nan jauh di Amerika Selatan sana , memang banyak politisi dan
menteri berdarah Jawa. Bahkan mereka mencanangkan tahun 2012 akan ada
orang Jawa menjadi presiden Suriname . Ya, mau Amerika atau Suriname ,
tetap aja mereka akan bela dan mementingkan negeri mereka.

Kalau saya analisa, kaitan Obama dengan Indonesia mungkin bisa
dijelaskan dengan teori yang saya sebut "Hitler's birthplace
syndrome". Kalau mau dibilang sebuah penyakit, sindrom ini
memperlihatkan, bahwa memori, latar belakang dan memori seseorang
tidak akan membawa nilai positif terhadap tingkah lakunya.

Lihatlah Hitler. Dia kelahiran kota Wina , Austria . Namun dia
menyerbu negeri kelahirannya, setahun sebelum Perang Dunia Kedua
dimulai. Orang yang terkena gejala ini banyak. Umumnya orang
pemerintahan Amerika. Jenderal Dwight Eisenhower (kemudian menjadi
Presiden AS ke 34), harus menghancurkan Jerman dan akhirnya
mengalahkan Hitler. Padahal kedua orang tuanya berdarah Jerman. Henry
Kissinger, penentu kebijakan luar negeri AS selama tiga dasawarsa,
juga kelahiran Jerman. Tapi tak gunanya nostalgia itu bagi Jerman.

Lebih parah lagi, sewaktu Jimmy Carter (yang tak punya pengalaman luar
negeri) menjadi presiden AS ke-39, dia memilih seorang strategis
berotak cemerlang kelahiran kota Warzawa (Polandia). Namanya Zbigniew
Brzezinski, untuk menjadi Ketua Dewan Keamanan Nasional. Dalam
menjalankan kebijakannya, Brzezinksi harus menghancurkan reputasi dan
hegemoni negara-negara Pakta Warzawa (blok komunis), yang kala itu
sedang hangat-hangatnya perang dingin antara AS (kapitalis) dan Uni
Soviet (komunis).

Di Indonesia, memang ada beberapa orang pejabat asing kelahiran
Indonesia atau memiliki kaitan emosional dengan negeri ini. Tetapi hal
itu terbukti tidak bermanfaat.

Paul Wolwofitz, bekas dubes AS di Jakarta, arsitek Perang Teluk dan
mantan Presiden Bank Dunia, memiliki ikatan emosional dengan Jawa.
Istrinya pandai bicara Jawa dan lama mondok di sini waktu ikut program
AFS. Ya itu tadi, nostalgia ya nostalgia. Amerika tetap nomor satu.
Neneknya Lee Kuan Yew, pendiri Singapura berasal dari kota Semarang .
Lalu apa untungnya buat Indonesia ? Gak ada! Tun Abdul Razak, PM
Malaysia adalah keturunan bangsawan Bone, Sulawesi Selatan. Tapi tak
bermanfaat fakta itu untuk kita. Bahkan anaknya, Najib Razak, calon PM
Malaysia, merampas pulau Sipadan dari kita.

Lihat saja, apa untungnya Austria dengan Gubernur California Arnold
Scharwznegger (kelahiran Wina)? Nggak ada! Paling-paling cuma
dibuatkan patung di kota kelahirannya. Hanya sebatas kebanggaan!


Obama dan Ann Dunham

Sebaiknya kita tidak usah berharap dan berlebihan meminta sesuatu
dengan Obama untuk Indonesia . Dia dipilih dan dibiayai oleh rakyat
Amerika, bukan kita. Apalagi diperburuk bahwa Obama seorang dari
partai demokrat. Kita semua tahu, presiden AS dari partai demokrat
sangat kritis dan kurang menyukai Indonesia . Jimmy Carter dari
demokrat adalah presiden AS yang paling tidak suka dengan Indonesia .
Bill Cinton yang juga dari kubu yang sama, membiarkan (atau memang
memaksa) Timor Timur lepas dari Indonesia . Padahal, pendahulunya
(semuanya kaum republik), mendukung, membela dan mempertahankan posisi
membela Indonesia dalam kasus Timor Timur di panggung internasional.

Yang kita bisa tahu dari Obama adalah ibu kandungnya yang cinta negeri
kita. Dia mau menikah dengan pria Jawa dan bersusah payah tinggal di
Jakarta sambil menyelami budaya kita. Padahal di Honolulu lebih enak
dan nyaman. Kalau disuruh pilih siapa yang pantas menjadi presiden
AS, Obama atau Ann Dunham? Saya pilih ibunya.

Obama sendiri tidak pernah secara terbuka atau blak-blakan memuji
(memang tidak ada yang bisa dipuji) atau menyebut Indonesia dengan
nada bangga (memang tidak ada yang bisa dibanggakan) . Dia lebih
senang menyebut "pengalaman kecil saya di Asia Tenggara", daripada
"masa kecil saya di Indonesia ". Obama juga tidak aktif membela
Indonesia di Kongres. Beberapa anggota Kongres AS dibiarkannya, yang
sok ikut campur dan tidak mengerti masalah lokal sini, sampai berani
menggugat integritas Papua dengan Indonesia . Indonesia sudah menjadi
negeri asing bagi dia, seraya mengecam kaum militer Orde Baru yang
represif dalam bukunya.

Obama tinggal dan sekolah di Indonesia , karena terpaksa ikut ibunya,
bukan kemauan sendiri atau cinta dengan Indonesia . Ibunya-lah yang
cinta Indonesia . Sangat naïve meminta Obama punya perhatian khusus
kepada Indonesia .


Obama adalah senator cemerlang dan memiliki visi ke depan. Jadi dia
akan lebih rasional bertindak, sambil mengartikulasi sebuah hubungan
baik antara AS dan RI dengan rinci yang berpijak pada kepentingan
Amerika.

Untuk lucu-lucunya, lebih baik kita membantu dan membiayai partai
politik di Suriname seperti Kerukunan Tulodo Pranata Inggih (Partai
Kesatuan dan Persatuan) atau Pertjaja Luhur (Partai Buruh). Siapa tahu
mereka bisa menjadikan orang Jawa menjadi Presiden Republik Suriname .
Nah, yang seperti ini tentu sedikit beda dengan kasus Obama. Namanya
juga orang Jawa.

sumber :
http://community. kompas.com/ index.php/ read/artikel/ 1535

1 komentar:

safarajaea mengatakan...

Blackjack Archives - The JamBase
Blackjack Archives. Play 순천 출장마사지 blackjack for free on your laptop, 수원 출장마사지 tablet or mobile 구리 출장마사지 device. Get notified when this is the first time 전라북도 출장안마 we hear 군산 출장마사지 from a